Belakangan, aku menyibukkan diri dengan menulis hal yang selama ini menggangguku, apa yang aku inginkan dan sebagainya. Ternyata memang tidak semua orang mampu dan bisa mendengarkan apa keluh kesahku, apa yang aku pikirkan, apalagi orang kita itu sangat menghakimi banget, ketika cowok itu isinya mengeluh. Yah benar sih, mereka bukan psikolog dan gak semua punya kesabaran layaknya bapa pengakuan yang bisa mendengarkan pengakuan dosa umatnya. Lagi, banyak juga konten yang mengatakan, seorang lelaki itu memang harus betah dengan kesunyian, berproses dengan kesunyian. Dunia ini tidak adil dan memang tidak adil.
Pos blog ini, mungkin boleh dibilang sebuah impian atau keinginan yang entah dengan siapa akan diwujudkan. Yah.., engkau tahu sendiri, bahwa akhir tahun ini, aku gagal lagi menjalin relasi romantis. Kalau kamu mau membacanya, bisa klik link ini, ya. Oh.., iya, berikan juga tanggapanmu terhadap tulisanku itu dengan menambahkan komentar, ya.
Sesuai dengan judulnya, jika aku menikah, maka:
- Misa dengan kriteria tertentu dan dilakukan live streaming di channel YouTube-ku atau komsos gereja.
- Pestanya sangat sederhana dan terbatas untuk beberapa orang saja.
- Tidak menggunakan adat Jawa.
Itu saja. Pada pos ini, aku hanya ingin menjelaskan poin nomor 1, yaitu misa dengan kriteria tertentu. Seperti yang kamu tahu, bahwa kekatolikan di Indonesia merupakan katolik ritus barat. Dengan demikian, terdapat dua "varian" misa yang masih eksis hingga saat ini a. l. Misa Forma Extraordinaria dan Misa Forma Ordinaria.
Penjelasan singkat tentang kedua misa ini, kurang lebih begini: Misa Forma Ordinaria merupakan misa yang biasa dilakukan di gereja dengan bahasa apapun. Misa Forma Ordinaria ini juga disebut sebagai misa Novus Ordo. Untuk konteks orang Katolik Indonesia, semua paroki di Indonesia merayakan misa dengan Forma Ordinaria. Misa Forma Extraordinaria merupakan Misa Latin Tradisional. Misa ini umum dirayakan sebelum 1970-an. Untuk lebih lengkapnya, aku sudah pernah membuat beberapa pos blog tentang ini1.
Setidaknya, aku punya 3 skenario misa yang aku inginkan. Inilah skenario-skenario itu.
Skenario Pertama: Misa Perkawinan dengan Misa Forma Extraordinaria
Seperti pada subjudulnya, aku ingin misa perkawinanku diadakan dengan forma extraordinaria. Tentu saja dengan lagu-lagu gregoriannya. Kemudian, ordinarium yang dipakai menyesuaikan masa liturginya. Apabila paduan suara keberatan dengan ordinarium yang sesuai dengan masa liturginya, maka ordinarium de Angelis dapat dipakai. Lagu proprium juga harus sesuai dengan tema misanya dan sifatnya Solemn. Seandainya paduan suaranya tidak mampu atau keberatan, mereka dapat menggunakan proprium simplex. Mengingat misanya merupakan Forma Extraordinaria, maka diperlukan imam yang mampu memimpin misa itu, izin uskup setempat dan dilakukan di kapel, bukan gereja utama.
Bagaimana gambaran misa perkawinan Forma Extraordinaria? Pertama dilakukan sakramen perkawinannya yang sesuai dengan Rituale Romanum. Kemudian dilanjutkan dengan perayaan ekaristi yang terdapat juga berkat secara khusus untuk pengantin. Rituale Romanum untuk perkawinan ini memiliki bentuk dan rumusan yang sama dengan perkawinan dalam gereja katolik yang biasa kita kenal, bedanya hanya pada urutan dalam misanya. Pasangan atau mempelai perempuan memasuki gereja dan diiringi lagu. Sejauh pengalamanku, paduan suara menyanyikan sequensia Roh Kudus. di dalam kapel/gereja ada imam yang menunggu di depan altar. Imam mengenakan alba, stola dan singlenya. Jika diperlukan, Imam bisa juga menggunakan Pluviale. Namun, penggunaan pluviale bukan suatu kewajiban. Setelah mempelai perempuan atau pasangan (lelaki dan perempuan maju bersama masuk ke kapel) sampai di depan imam, proses perkawinannya sama dengan dalam misa Forma Ordinaria.
Apa lagu yang dinyanyikan oleh paduan suara? Perarakan masuk sebelum pemberkatan perkawinan, dapat dinyanyikan lagu sequensia Roh Kudus. Kemudian, bagian misanya sebagai berikut:
- Introit: Deus Israel
- Persembahan: In te speravi
- Komuni: Ecce sic benedicetur
- Antar bacaan: menyesuaikan masa liturginya (Biasa, Paskah, Prapaskah)
- Pengantar Injil: menyesuaikan masa liturginya (Paskah, selain masa Paskah, namun bukan prapaskah2)
- Ordinarium: (minimal) de Angelis (Buku Puji Syukur No. 342, 343, 387, 408)
- Penutup: Salve Regina (PS 623)/ Regina Caeli (PS 624)3
Tidak ada lagu Bapa Kami, sebab doa Bapa Kami merupakan prerogatif imam yang memimpin. Kira-kira seperti itu.
Apa tujuanku melakukan ini? Aku ingin umat katolik Indonesia itu semakin kenal dengan liturgi, khususnya liturgi lama yang masih bisa dirayakan. Liturgi tradisional itu indah banget. Allah hadir melalui keindahan gerakan, lagu yang membumbung hingga surga; bagaikan asap dupa yang membumbung ke langit dan yang terpenting adalah keheningan. Keheningan, faktanya mulai hilang dalam misa gereja katolik. Ketika aku kecil, aku masih ingat kalau setelah komuni, ada momen hening. Saat ini, terutama di gereja Katolik di kota besar, momen itu hilang. Jika mereka berdalih bahwa mereka tidak mengerti dengan misanya, ya belajar. Boleh dan sah kok, belajar bahasa Latin, belajar misa tradisional, meskipun orang yang belajar itu bukan seminaris. Selain itu, misa itu tidak hanya budi saja yang dilatih, namun juga rasa. Sekali lagi, apakah aku anti dengan misa Forma Ordinaria? Tentu saja tidak. Dua varian misa itu sama-sama suci dan Kristus hadir dalam dua jenis misa itu. Lagipula, Gereja Katolik itu juga beragam kok cara berdoanya. Kita aja yang gak tahu dan gak mau tahu. Jadi, menurutku, mereka, umat awam itu tidak dipantik atau memantikkan diri untuk ingin mengetahui secara mendalam tentang imannya, secara spesifik tentang liturginya. Benar memang, Gereja Katolik itu luas dari aspek ajaran dan tradisinya jadi tidak cukup sehari dua hari untuk mempelajari semuanya. Inilah caraku untuk mewartakan dan menunjukkan kembali bahwa apa yang dimiliki Gereja Katolik itu indah.
Memang benar, kalau kamu mengatakan, "Menurut Traditionis custodes, Misa Forma Extraordinaria itu tampaknya sudah dilarang untuk dipromosikan. Kamu heretik dong, Krish?" Menurutku pribadi, meskipun perbandingannya tidak apple to apple, emang kita tidak boleh pakai komboskini atau tali doa orang Katolik Timur atau Ortodoks? Seandainya pun hanya sebagai pembelajaran agar tahu dan praktek melakukan, mengapa tidak? Lagipula, ada juga ada Kardinal yang berpendapat bahwa tidak ada alasan untuk melarang mereka yang merayakan Misa Forma Extraordinaria, sebab sejak awal Misa Paulus VI itu diresmikan, Santo Paulus VI tidak pernah melarang tata perayaan Ekaristi sebelum Misa Paulus VI4. Pernyataan tidak pernah melarang tata perayaan Ekaristi sebelum Misa Paulus VI ini juga ditegaskan oleh Paus Benedictus XVI dalam Summorum Pontificum. Kontradiktif, ya? Menurutku pribadi, Paus Fransiskus ingin melebarkan akses terhadap Ekaristi kepada semua orang utamanya mereka yang sama sekali belum pernah mengenal Kristus. Sedangkan Paus Benedictus XVI ingin menyatukan gereja dengan merangkul mereka melalui liturgi. Jadi sudut pandangnya berbeda, Paus Fransiskus menggunakan sudut pandang Ekaristi yang seragam untuk mewartakan kepada orang yang sama sekali belum mengenal Kristus, sedangkan Paus Benedictus XVI menggunakan sudut pandang Ekaristi yang tidak seragam sebagai keberagaman (layaknya Ritus Timur) untuk merangkul mereka yang terpisah dan merawat dari dalam Gereja Allah.
Skenario Kedua: Misa Perkawinan dengan Misa Forma Ordinaria
Skenario kedua, aku ingin misa perkawinanku menggunakan lagu-lagu yang sudah disebutkan di atas, yaitu:
- Introit: Deus Israel
- Persembahan: In te speravi
- Komuni: Ecce sic benedicetur
- Antar bacaan: menyesuaikan masa liturginya (Biasa, Paskah, Prapaskah)
- Pengantar Injil: menyesuaikan masa liturginya (Paskah, selain masa Paskah, namun bukan prapaskah2)
- Ordinarium: (minimal) de Angelis (Buku Puji Syukur No. 342, 343, 387, 408)
- Bapa Kami: PS 402, 404 atau 405
- Penutup: Salve Regina (Buku Puji Syukur No. 623)/ Regina Caeli (Buku Puji Syukur No. 624)3
Biasanya misa perkawinan yang umumnya itu ada perarakan masuk. Aku ingin perarakan masuk itu diiringi lagu tersendiri. Jadi, ketika kedua mempelai memasuki gereja sampai ke tengah lorong masuk gereja pakai lagu selain lagu pembukaan. Nah.., untuk lagu perarakannya aku punya 2 pilihan. Pilihan pertama menggunakan organ tanpa choir, yaitu instrumental dari Prelude Te Deum karya Marc-Antoine Charpentier. Pilihan kedua menggunakan organ tanpa choir juga, yaitu Gabriel's Oboe dari the Mission, karya Ennio Morricone. Bisa dipilih salah satu, namun aku menginginkan agar Gabriel's Oboe dari the Mission, karya Ennio Morricone bisa dimainkan.
Oh iya, sering kali, saat komuni ada banyak umat, sedangkan lagu komuni sudah selesai; lantas bagaimana? Terdapat 2 pilihan. Pertama, pada fase itu dapat diisi dengan lagu Gregorian lain. Pilihan kedua, membiarkan tetap tenang sampai komuni itu selesai. Aku pribadi lebih memilih pilihan kedua, yaitu membiarkan komuni itu sampai selesai dalam kondisi hening. Menurutku, dalam misa itu perlu ada fase/bagian tenangnya.
Skenario ketiga: Misa Perkawianan dengan misa forma ordinaria non Gregorian
Skenario ketiga, aku ingin misa perkawinanku meskipun non Gregorian aku sendiri yang memilih lagu-lagunya. Tatacara perarakan dan sebagainya seperti pada skenario kedua. Daftar lagunya seperti ini:
- Introit: Aku Abdi Tuhan
- Persembahan: Kami unjukkan, kami sembahkan (PS 377)
- Komuni: Tuhan Kau satukan kami (PS 428)
- Antar bacaan: Bagaikan rusa mendamba air (Buku Madah Bakti 288)
- Ordinarium: Misa Te Deum (PS 345, 346, 389, 410)
- Bapa Kami: PS 405
- Penutup: Jrih Tresna Kawula
Oh iya. Jika kapel atau gerejanya kecil, maka lagu perarakan dapat dihilangkan dan langsung lagu pembukaan.
Mungkin kamu bertanya-tanya, mengapa tidak ada lagu bertema Cinta; padahal misa itu adalah misa untuk perkawinanmu. Sederhana saja, agar tidak ditegur oleh Romo. Kalaupun lagu Gregorian juga ditegur oleh Romo, maka aku kan menyarankannya untuk membaca kembali dengan teliti Sacrosanctum Concilium. Lagipula, pemilihan lagu untuk misa perkawinan itu selalu menjadi perdebatan. Sebab boleh dibilang, umat itu dibingungkan dengan lagu mana saja yang liturgis dan mana yang tidak. Daripada terjadi perdebatan yang tidak perlu, mengapa tidak kembali ke Graduale Romanum, Liber Usualis, Puji Syukur dan Madah Bakti? Kalau orang menyatakan lagu Gregorian itu sulit, sebenarnya kitalah yang tidak biasa untuk menyanyikannya. Lagu Gregorian itu hanya satu suara saja, lantas di mana letak sesulitannya?
Benar, tentang lagu-lagu bertema Cinta itu sudah ada aturan mainnya. Aku hanya menyayangkan, mengapa setiap keuskupan punya aturan masing-masing? Aku merasa belum tentu lagu x boleh dinyanyikan ketika misa perkawinan di keuskupan y; namun diizinkan di keuskupan z. Dengan demikian, untuk amannya kembali ke Graduale Romanum, Liber Usualis, Puji Syukur dan Madah Bakti. Aku juga menghendaki bahwa misa perkawinanku itu punya nilai pendidikan liturgi dengan membuka kembali harta karun Gereja yang hampir dilupakan oleh umat Katolik Indonesia, khususnya Katolik misi Jawa. Jadi perkawinanku tidak berisi hingar-bingar kemewahan, namun juga punya nilai pendidikan.
Demikianlah uneg-uneg yang bisa aku sampaikan. Aku sendiri belum tahu siapa yang menjadi istri sahku. Andaikan pun aku berkehendak dia yang akan menjadi istri sahku, ya mungkin perlu waktu untuk kita berdua pada versi terbaik kita masing-masing. Semoga saja, dia memahami aspek liturgi dari misa. Seandainya dia itu tidak tahu dan ingin belajar, aku bisa menemaninya untuk belajar.
Lampiran Notasi Lagu
Introit: Deus Israel
Kembali ke atas ↑
Gradual: Uxor túa
Lagu gradual biasa dinyanyikan apabila misa perkawinan dilakukan pada masa biasa.
Kembali ke atas ↑
Tract: Ecce sic benedicétur
Lagu tract dinyanyikan apabila misa perkawinan dilakukan setelah Septuagesima atau 3 minggu sebelum rabu abu.
Kembali ke atas ↑
Alleluia
Pada masa biasa, paduan suara menyanyikan Alleluia ini. Apabila misa perkawinan dilakukan pada masa Paskah, maka gradual/tract digantikan dengan lagu Alleluia ini. Pada masa prapaskah, lagu ini tidak dinyanyikan. Hanya tract saja yang dinyanyikan.
Kembali ke atas ↑
Alleluia kedua
Pada masa Paskah, setelah dinyanyikan lagu Alleluia, dinyanyikan lagu Alleluia kedua ini.
Kembali ke atas ↑
Offertory: In te sperávi
Kembali ke atas ↑
Communion: Ecce sic benedicétur
Kembali ke atas ↑
0 comments:
Posting Komentar