Sepanjang kuliah magister ini, aku mendapatkan banyak pengalaman yang berharga dan menurutku; semakin mengasah kemampuan dan keahlian yang aku punya. Meskipun aku menjalankannya sebagai hobi saja. Apakah itu? Ya, benar. Hobi otak-atik komputer dan Linux.
Kampusku punya sebuah pusat studi untuk Kimia Komputasi dan mungkin satu-satunya serta paling tua di Indonesia. Pusat studi itu berdiri berkat kerja sama antar dua negara antara Austria dan Indonesia. Dalam dunia kimia teoritis, Austria termasuk yang terbaik dalam penelitian kimia komputasinya. Pusat studi ini dikenal sebagai Austrian-Indonesia Centre for Computational Chemistry (AIC).
PC yang digunakan di sana sebagian besar memakai sistem operasi Linux. Bagusnya, kami tidak membandingkan mana distro yang terbaik, layaknya komunitas linux pemula (harap tidak baper, sebab akupun tergabung dalam komunitas juga. Yah.., bentuk auto kritik lah.). Di sana, kami lebih banyak berdiskusi tentang penelitian kami dan juga tentang hal yang teknis.
Sering kali kami perlu melakukan install ulang, tidak terkecuali pindah distro. Alasan pindah distro ini, antara lain memang tidak semua distro itu bisa dengan mudah ubah-ubah menyesuaikan kebutuhan penelitian. Ada salah satu pengajar kami yang tidak peduli dengan distro, namun belakangan agak tertarik dengan Arch Linux. Mungkin, beliau ingin mencoba atau termakan dengan teknik pemasarannya bahwa Arch Linux customable.
Pada waktu itu, aku diminta membeli mesin baru dengan spesifikasi seperti ini:
Processor | Core i7-14700F Box - 4,2 max 5,4Ghz (Non GPU) |
---|---|
Motherboard | MSI B760M Project Zero Wifi |
RAM | 48 GB |
GPU | NVIDIA GeForce RTX 3050 8 GB |
SSD | 238,5 GB |
HDD | 3,6 TB |
Kemudian, setelah itu beliau memintaku untuk menginstallkan mesin tersebut dengan Arch Linux dengan lingkungan desktop KDE. Selain itu, aku juga hanya memiliki installer Arch Linux. Semua proses installasi sesuai dengan panduan installasi dan juga melihat video youtube ini.
Hasil yang aku dapatkan adalah adanya error pada saat dilakukan booting, karena aku mengikuti seperti pada video pada menit ke 14:19. Error yang dimaksud adalah tidak dapat booting. Kemudian saya menyelidiki, mengapa tidak bisa dilakukan booting. Berdasarkan video tersebut mulai dari menit ke 14:19, dilakukan pembuatan direktori EFI pada /boot dan selanjutkan dimasukkan perintah:
grub-install --target=x86_64-efi --efi-directory=/mnt/boot/EFI --bootloader-id=GRUB
Kode tersebut ternyata membuat folder EFI yang berisi file untuk melakukan pemuatan sistem operasi untuk dilakukan booting, bukan hanya membuat file isi dari folder EFI. Sehingga dalam foler /mnt/boot/EFI, terdapat folder EFI lagi. Itulah yang membuat BIOS tidak dapat melakukan booting. Langkah pemecahannya adalah dengan mengubah efi-directory menjadi /mnt/boot/ saja, sehingga perintah tersebut menjadi seperti ini.
grub-install --target=x86_64-efi --efi-directory=/mnt/boot/ --bootloader-id=GRUB
Perintah tersebut dilakukan, setelah aku melakukan boot dengan flashdisk atau liveboot lain dan melakukan mount setiap partisi yang telah dialokasikan. Jadi, install ulang tidak perlu dilakukan dari nol lagi. Langkah-langkahnya mirip dengan kita menginstall ulang Arch Linux, namun hanya melakukan mounting dan mengetikkan perintah arch-chroot.
Demikian yang dapat disampaikan. Semoga bisa berguna.